LATIHAN METODE NEURAC LEBIH EFEKTIF DARIPADA SENAM PILATES TERHADAP
PENINGKATAN STABILITAS LUMBOPELVIC
Novlinda Susy Anrianawati Manurung
Universitas Kristen Indonesia
Abstrak
Latar belakang
: stabilitas lumbopelvic adalah faktor terpenting dalam menghasilkan gerak
fungsional yang efektif dan efisien. Bila kondisi lumbopelvic stabil akan
meningkatkan penampilan gerak maximal, memperbaiki postur, mencegah cedera,
meningkatkan kinerja tubuh, mencegah ketidakseimbangan saat tua. Tujuan : untuk membuktikan perbedaan
efek latihan metode neurac dan pilates terhadap peningkatan stabilitas
lumbo-pelvic. Metode : Quasi
experimental, Sampel terdiri 20 orang mahasiswa dan karyawan AKFIS UKI yang
dipilih berdasarkan teknik purposive sampling dengan mengukur stabilitas awal
menggunakan stabiliser pressure biofeedback dan juga pada akhir latihan untuk
melihat perbedaan nilai. Sampel dibagi menjadi kelompok metode neurac (10
orang) dan pilates (10 orang). Penelitian dilakukan selama 8 minggu. Analisis
statistik menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann Whitney U test. Hasil
: uji homogenitas (uji Levene’s test) menunjukan nilai p = 0,855(tidak terdapat
perbedaan stabilitas antar kelompok). Hasil Wilcoxon Signed Ranks Test kelompok
kontrol nilai p = 0,004 dan kelompok perlakuan nilai p = 0,008 ( intervensi
yang diberikan pada masing masing kelompok mempunyai efek untuk stabilitas).
Pada Mann Whitney U Test menunjukan nilai p = 0,000 sehingga Ho ditolak. Kesimpulan : Latihan metode neurac
lebih efektif daripada senam pilates terhadap peningkatan stabilitas
lumbo-pelvic.
Keyword: Metode Neurac, Pilates, Stabilitas
Lumbo-Pelvic
Pendahuluan
Stabilitas adalah sebuah proses
dinamis yang meliputi dua hal, yaitu posisi statis dan gerakan yang terkontrol
(Barr, 2005). Berdasarkan penelitian biomekanik oleh Punjab dan kawan-kawan,
maka diperkenalkan konsep stabilitas lumbopelvic fungsional, dimana stabilitas
sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh kerja antara tiga subsistem: pasif,
aktif dan persarafan. Subsistem pasif terdiri dari struktur osseus atau
vertebrae dan diskus atau artikular, ligamen dan tulang belakang, serta
pembatasan gerakan segmental mereka. Fungsi daripada subsistem pasif ini adalah
memonitor gerak dan posisi spine. Struktur aktif mengacu pada otot dan tendo
sendiri, yang menstabilkan segmen tulang belakang saat bergerak. Otot-otot
harus memiliki ketahanan dan kekuatan yang memadai untuk melakukan fungsi ini
agar memuaskan (karakteristik fungsional otot). Subsistem kontrol mengacu pada
kontrol otot yang menyediakan sokongan pada tulang belakang. Neuromuskular
kontrol menyediakan aksi bersama antara masukan aferen (proprioception) dan
keluaran eferen dari sistem saraf (koordinasi), dan memungkinkan otot untuk
berkontraksi dengan kekuatan yang diperlukan dan pada waktu yang tepat. Dengan
kata lain bahwa stabilitas tulang belakang dan juga daerah lumbo-pelvic adalah
hasil kerja yang sinergis dari 3 elemen utama menurut Punjab, 1992:
a. Dukungan
dari struktur pasif osseoligamentous. (Osteo-ligamentous subsystem)
b. Dukungan
aktif dari sistem otot. (muscle subsystem)
c. Pengendalian sistem otot oleh saraf pusat
(Central Nervous Subsystem)
Stabilitas lumbo pelvic atau panggul mengacu pada
kemampuan otot-otot punggung dan panggul untuk menjaga tulang belakang dan
panggul dalam posisi yang optimal selama aktivitas gerak dan olahraga. Jika
struktur ini dipertahankan atau dijaga dalam keselarasan yang optimal maka
otot-otot dan sendi pada tungkai bawah dapat berfungsi secara efisien. Jika
struktur ini tidak dijaga dalam keselarasan yang optimal, maka sendi kurang
berhasil dan fungsi otot dapat menyebabkan cedera dan nyeri di tulang belakang
serta tungkai bawah. Ketika lumbo-pelvis kompleks stabil, otot-otot perifer memerlukan
kontraksi yang sedikit untuk menghasilkan jumlah gerak yang dibutuhkan.
Stabilitas panggul yang memadai memungkinkan untuk transfer efisien daya dari
ekstremitas bawah ke ekstremitas atas.
Beberapa hal utama yang harus diperhatikan di dalam
mempelajari stabilitas adalah :
a. kontrol
postural (kapasitas untuk menjaga proyeksi pusat gravitasi tubuh terhadap base
of support) yang kurang baik di saat istirahat atau bergerak, misalnya, saat
berdiri dengan otot fleksor pinggul dalam kondisi kontraksi dan kurangnya
pertahanan pada glutealis dapat menunjukkan rendahnya kontraksi aktif otot
gluteal. Hal ini menjadi lebih nyata saat menjalankan aktivitas dengan level
yang tinggi
b. spasme otot
(ketegangan otot), dapat menyebabkan keterbatasan pada fleksor pinggul hal ini
menunjukkan kontrol otot yang buruk pada otot panggul dan ketidakseimbangan
antara pinggul dan otot-otot panggul
c. kelemahan
otot (penurunan kapasitas otot), akan terlihat pada saat melakukan aktifitas
gerak fungsional dan dapat dinilai dengan beberapa tes sederhana untuk
mengidentifikasi masalah, namun melakukan tes fungsional akan lebih baik,
seperti; satu langkah kaki turun atau kegiatan melompat akan mengidentifikasi
masalah yang lebih spesifik yang perlu dikoreksi.
Stabilisasi tulang belakang lumbo-pelvic melibatkan
co-kontraksi otot lumbar multifidus dan transversus abdominis dan secara
mekanis, stabilitas tergantung pada posisi, gerak, dan beban.
Pola gerak yang berubah oleh karena kekuatan dan
fleksibilitas yang salah, kelelahan karena kurangnya daya tahan, atau kontrol
saraf yang abnormal pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan.
Kerusakan jaringan akan mengakibatkan penurunan
stabilitas struktur tulang belakang, meningkatkan tahanan atau beban ke
otot-otot yang sudah tidak efisien, dan mengakibatkan kelangsungan dari proses
degenerasi cascade.
Keseimbangan agonis dan antagonis diperlukan untuk
membantu ligamen dalam memberikan stabilitas sendi dan untuk menyeimbangkan
distribusi tekanan pada permukaan artikular (Barrata, 1988).
Postural stabilitas (biasanya disebut sebagai
keseimbangan) didefinisikan sebagai kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat
gravitasi (COG) dalam bidang tumpu (BOS) pada batas-batas stabilitas (line of
stability/ LOS) pengaturan ini disebut sebagai kerucut terbalik.
Stabilitas postural adalah hasil dari input, proses,
dan output informasi dari PNS dan SSP. khususnya, informasi yang terlibat dalam
stabilitas postural meliputi visual, vestibular dan informasi
somatosensori.(neurac 1, 2008)
Secara fisiologis hasil aktivasi otot dalam beberapa
efek biomekanik memungkinkan fungsi lokal dan distal menjadi efisien. Program
sebelum aktivasi otot mengakibatkan penyesuaian postur antisipatif
(APAs-anticipatory postural adjustments), dimana posisi tubuh untuk menahan
gangguan dalam menyeimbangkan tubuh diciptakan oleh kekuatan menendang,
melempar, atau berlari. APAs menciptakan stabilitas proksimal untuk mobilitas
distal. Pada aktivasi otot juga menciptakan momen interaktif yang mengembangkan
dan mengendalikan kekuatan serta beban pada sendi. Momen interaktif pada sendi
dibuat oleh gerakan dan posisi segmen yang berdekatan. Momen interaktif
dikembangkan dalam segmen pusat tubuh dan merupakan kunci untuk mengembangkan
gaya yang tepat pada sendi distal dan relatif untuk menciptakan pengurangan
momen inersia dari posisi tulang di daerah-daerah distal, serta memungkinkan
kecepatan penjumlahan yang lebih tinggi. Akhirnya, memungkinkan untuk
mengendalikan gaya bersama yang akan sangat dipengaruhi dan dikendalikan oleh
program sebelum pola aktivasi otot dan saat interaktif dikembangkan melalui
aktivasi inti, bukannya berdasarkan ukuran ligamen lokal atau umpan balik
berbasis aktivasi otot lokal, ligamen bisa lebih kecil dalam ukuran, dan
otot-otot lokal yang lebih kecil dapat diaktifkan untuk presisi dan kontrol
kinerja variabel. (Kibler, 2006).
Core stability secara
definisi adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerakan batang badan
melalui panggul dan kaki untuk memungkinkan produksi optimal, transfer dan
control kekuatan dan gerakan ke segmen terminal dalam aktifitas rantai kinetic
terintegrasi (Kibler, 2006).
Yang dimaksud dengan core adalah daerah lumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah Core adalah letak atau tempat dari pusat perkenaan gaya
gravitasi dan tempat dari awal semua gerakan. Pada daerah ini terdapat 29 otot yang terkait atau terdapat pada
daerah lumbo-pelvic- hip kompleks. Efisiensi daripada core dimaksudkan untuk memelihara hubungan pemanjangan normal dari
fungsi agonis dan antagonis, yang mana
akan meningkatkan hubungan dari kedua kekuatan pada daerah lumbo-pelvic-hip
complex. (Kibler,2006)
Core stability yang baik
berfungsi untuk meningkatkan penampilan gerak serta untuk mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada
otot-otot inti batang badan berasal dari regio batang badan dan sesungguhnya bertugas untuk membantu
mengontrol kondisi kekuatan, memperhalus gerakan, serta koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak.
Selebihnya kondisi core muscle yang baik
juga membantu mengurangi resiko terjadinya cedera akibat posisi postur yang
buruk. Otot utama dari Core Muscle
termasuk adalah otot panggul, transversus abdominis,
multifidus, internal dan eksternal obliques, rektus abdominis, sacrospinalis
khususnya longissimus thoracis, dan diafragma. Minor core muscle termasuk
latisimus dorsi, gluteus maximus, dan trapezius. Dilihat dari letak core muscle
tersebut, maka tidak heran jika setiap gerakan fungsional dari anggota gerak
akan berkaitan erat dengan core muscle ini. Core muscle merupakan "inti"
atau bagian pusat untuk semua kekuatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
melaksanakan kegiatan fisik yang berbeda.
a. Fungsi dari
Core muscle
Fungsi umum dari core muscle untuk menstabilkan dada
dan panggul selama gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk
mengusir zat (muntah, kotoran, udara penuh karbon, dll). Berdasarkan pergerakan
tubuh, fungsi core musle dapat dibagi menjadi dua, yaitu; static core function dan dynamic
core function
b. Fungsi
static core muscle
Fungsi statis core adalah kemampuan seseorang untuk
menyelaraskan dan menstabilisasi atau menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan
kekuatan dari luar.
c.Fungsi
dinamik core muscle
Sifat gerakan dinamis harus memperhitungkan struktur
kerangka kita (sebagai tuas) di samping kekuatan resistensi eksternal, dan
akibatnya menggabungkan sebuah kompleks yang sangat berbeda dari otot-otot dan
sendi melawan posisi statis. Karena itu desain fungsional, selama gerakan
dinamis ada ketergantungan lebih pada otot inti dari hanya kekakuan kerangka
seperti dalam situasi statis. Hal ini karena tujuan gerakan ini tidak melawan
tahanan, statis tidak berubah, tapi untuk melawan kekuatan yang berhubungan
dengan perubahan bidang gerak . Dengan menggabungkan gerakan, tulang-tulang
tubuh harus menyerap perlawanan dengan cara cairan, dan dengan demikian tendon,
ligamen, otot, dan persarafan mengambil tanggung jawab yang berbeda. Tanggung
jawab ini meliputi reaksi postural dengan perubahan dalam kecepatan (kecepatan
dari kontraksi), gerak (reaksi waktu kontraksi) dan kekuatan (jumlah perlawanan
menolak dalam periode waktu).
Fungsi dinamis core muscle adalah menjaga keseimbangan
tubuh saat bergerak. Sebelum seseorang melakukan gerakan yang lebih dulu mesti
dilakukan adalah menciptakan keseimbangan tubuh untuk dapat menggerakkan
anggota tubuh lainya secara fungsional.
Manfaat melatih core
muslce adalah sebagai berikut:
- Memperkuat
core muscles akan memperbaiki
postur tubuh dan mencegah sakit pinggang (low back).
b. Membantu menjaga kesehatan otot,
sehingga mencegah cidera pinggang lebih lanjut.
c. Meningkatkan kinerja tubuh.
d. Latihan memperkuat core muscle
tidak menyebabkan sakit nyeri otot.
e. Memperpanjang otot dan mencegah
ketidakseimbangan pijakan saat menjadi tua.
Pada daerah lumbar spine, otot local dan global bekerja
dalam harmony untuk memberikan keseimbangan biomekanik . Dengan
mempertimbangkan lumbar spine sebagai contoh; distribusi kekuatan pada sistem
local menunjukkan respon untuk mempertahankan atau memelihara kondisi postural,
selama system global menghasilkan gerakan dan membantu dalam stabilisasi
seperti yang seharusnya atau dibutuhkan.
Local muscles
(segmental stabilization) dan Otot global mengontrol range of movement dan
alignment.(Comerford, Mottram, 2001).
proses pembentukan stabilisasi pada core muscle (Model
of core stability Jeffrey M. Willardson, 2007)
Postural adjustment External
Loads
Lumbopelvic Region Muscle Activation
Spinal Ligament
Deformation
muscle spindle Golgi
Tendon
organs
Neural Feedback Stability
Requirement
Berdasarkan gambar diagram tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa mekanisme terbentuknya stabilisasi oleh otot inti (core
muscle) terjadi karena stimulasi dari gerak extremitas ( aktifitas
proprioceptor) melalui pembebanan(external load) serta kondisi postural
adjustments yang kemudian di interpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai
keputusan akan adanya kebutuhan untuk melakukan stabilisasi pada region
lumbopelvic, lalu di sampaikan ke otot inti (stabilisator) serta mengaktivasi
otot tersebut yang kemudian akan menghasilkan stabilisasi serta kontrol saraf.
Hal tersebut di atas juga dikenal sebagai mekanisme feed forward mechanism
(FFM) yang memiliki hubungan erat dengan otot-otot inti pada tubuh manusia.
Latihan Metode
Neurac (Neuromuscular Activation)
Sebuah metode baru yang dikembangkan S-E-T (Sling
-Exercise- Therapy) disebut Neurac, yang merupakan singkatan dari neuromuskuler
activation. Neurac adalah metode terapi atau pengobatan yang melibatkan
stimulasi neuromuscular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola
gerak fungsional normal. Metode ini digunakan untuk menangani masalah musculoskeletal
yang menyebabkan nyeri dan atau tidak aktifnya otot. Sub kelompok terbesar yang
dapat menggunakan metode neurac adalah kondisi gangguan musculoskeletal seperti
pada pasien dengan masalah leher, punggung, panggul, dan gangguan bahu, kondisi
untuk latihan kekuatan dan pengkondisian, serta pelatihan pribadi juga khusus
untuk olahraga (Gitle Kirkesola,2009).
Metode neurac atau neurac treatment merupakan unsur
penting atau dasar dalam tindakan S-E-T yang dikenal dengan nama Redcord. Pada
awalnya ini dikembangkan oleh fisioterapis dan dokter di Norwegia. Ditemukan
pada 1991, (belum lama ini disebut TerapiMaster). Sistem redcord menggunakan paten
dari neurac method untuk menstimulasi otot yang tidur atau tidak aktif dan
mengembalikan fungsi normal mereka. Terapi selempang Tradisional yang sudah ada
sebelumnya berfokus terutama pada tehnik latihan dalam rantai kinetik terbuka
(Open Kinetic Chain(OKC)) dan latihan yang dilakukan tanpa efek gravitasi.
Namun sebaliknya pada prosedur Redcord, berfokus pada
rantai kinetik tertutup (Closed Kinetic Chain (CKC)) latihan secara sistematis
memanfaatkan manfaat dari fenomena biomekanik dan fisiologi fungsional yang
tidak bergantung pada gravitasi (yaitu, berat tubuh individu karena perlawanan
diterapkan ke dalam pelaksanaan selama gerakan). Konfigurasi workstation
redcord atau pelatih tunggal redcord menggunakan sistem tahanan pada
neuromuskuler-skeletal untuk meningkatkan kondisi fisik aktif neuromuskular dan
rehabilitasi. Penelitian telah menunjukkan bahwa aliran sinyal ke otot
meningkat jauh ketika latihan dilakukan pada permukaan penyangga yang tidak
stabil.
Manusia diprogram untuk bergerak yang dikendalikan dan
dimodifikasi oleh neuromuskular dan sensorimotor (visual, vestibular, dan
mechanoreceptor atau proprioceptor) sistem. Sejumlah penelitian telah
menunjukkan bahwa penstabil otot cenderung untuk beralih "off" ketika
nyeri timbul (Moseley, 2005; Botti, 2004; Berhala, 2002; le, 2001, Moseley,
2006). Hal ini dapat menyebabkan kualitas gerakan yang buruk, penurunan
kekuatan otot dan kontrol neuromuskular, kelelahan, dan penurunan kualitas
hidup secara keseluruhan. Bahkan jika nyeri yang sesungguhnya mereda ,
"program saraf" bisa tetap dimatikan, hal ini dapat menyebabkan
cedera kembali dan mengalami sakit tambahan. kondisi Ini, tampaknya sering
berulang dan tidak pernah berakhir dan akan tetap kronis bila tidak ada
intervensi pengobatan aktif. Ini adalah salah satu alasan mengapa kesehatan Uni
Eropa guidelines merekomendasikan pengobatan aktif untuk nyeri non-spesifik
punggung bawah.
Latihan
Kekuatan pada rantai kinetik tertutup
Pelatihan dalam rantai kinetik tertutup didefinisikan
sebagai berikut; segmen distal tetap dan
menumpu semua berat atau sebagian dari berat tubuh.
Ini mencapai kompresi lebih pada sendi bersama dengan stabilisasi yang dinamis
dan aktivasi agonis, antagonis dan synergists.
Latihan
stabilisasi
Studi terbaru menunjukkan bahwa otot-otot tertentu
memiliki fungsi stabilisasi yang sangat
khusus. Otot Ini disebut otot-otot "lokal",
yang dekat dengan sendi dan dianggap penting untuk stabilitas sendi, sedangkan
otot "global" untuk melakukan gerakan. Cedera pada sistem
muskuloskeletal dapat mengubah mekanisme ini,
menyebabkan kerusakan abadi dalam
berfungsi. TerapiMaster, diterapkan dalam konsep SET,
menunjukkan hasil yang baik dalam
mempengaruhi dalam sistem stabilisasi.
Latihan
sensorimotor
Kontrol neuromuskular yang tepat sangat penting untuk
mempertahankan tingkat fungsi normal. Keluhan kronis mempengaruhi fungsi
sensorimotor. Efektivitas pelatihan Neuromuskuler yang terkontrol pada
ekstremitas bawah didokumentasikan dengan baik. Studi terbaru menunjukkan bahwa
jenis pelatihan ini juga penting untuk leher, punggung dan bahu. Pelatihan
sensorimotor ialah elemen penting dari konsep S-E-T. Ketidakstabilan dicapai
pada kain Terapi Master itu. Selain itu, bantalan karet berisi udara, tikar
karet tebal / matras dan menggunakan papan miring.
Inti dari teknik neurac melibatkan dua progresi
pelatihan neuromuskuler yang disesuaikan, yaitu:
1). Terus menerus tergantung dengan berat tubuh
individu selama latihan dan terapi
2). Selempang dan tali yang Adjustable (dapat
disesuaikan) untuk memberikan gerakan olahraga yang aman, semakin menantang
untuk menjaga keseimbangan dan kontrol postural.
Keberhasilan neurac tergantung pada integrasi dari
tiga faktor berikut:
a.Merencanakan gerakan ekstremitas atas dan bawah dan
atau dasar (corset) yang
melibatkan berat tubuh dalam lingkungan yang tidak
stabil dengan menggunakan sling Redcord, tali dan bantal keseimbangan.
b. Bebas rasa sakit, intensitas kontraksi otot dengan
upaya yang tinggi dilakukan dalam gerakan CKC.
c. Getaran variabel diterapkan pada tali dan sling
Redcord telah mengembangkan sistem evaluasi disfungsi
otot yang disebut Weak Link Testing (WTL) untuk mengidentifikasi otot yang
tidak aktif atau sleeping muscles dan
secara simultan, kemampuan usaha atau kerja otot individu yang dihasilkan dapat
digunakan untuk menentukan kelemahan otot serta keterbatasan gerak. Ketika
kelemahan otot teridentifikasi terapis mulai melaksanakan proses neurac treatmen.
Penerapan praktis prinsip-prinsip dasar biomekanik
(Tuas lengan atau lever)
Definisi: jarak tegak lurus dari garis penerapan
kekuatan untuk pusat gerak dalam struktur kaku. Jumlah total usaha atau kerja
yang dilakukan sama dengan kekuatan kali jarak menerapkan gerakan W=FxD
"Prinsip yang membantu dalam pelaksanaan"
TerapiMaster:
1. bebas tangan terapis
2. mengurangi beban terapis
3. memberikan bantuan dari beban berat
4. meningkatkan relaksasi dan meningkatkan keamanan
pasien serta terapi
5. mempermudah menempatkan pasien pada posisi bebas
nyeri
6. membuatnya lebih mudah untuk mempertahankan pasien
dalam posisi sakit
7. bebas, sehingga mudah untuk mengontrol segmen
tubuh.
Delapan hal penting atau utama yang saling berhubungan
untuk dapat mengerti sepenuhnya tentang aturan dari neurac sebagai modalitas
terapi:
a. Perbedaan antara otot global dan lokal
Otot lokal menghasilkan stabilisasi segmental
sedangkan otot global berfungsi untuk stabilisasi trunk secara keseluruhan
serta menghasilkan torque (comerford MJ, Mottram SL, 2001).
b. Rantai kinetik terbuka dan rantai kinetik tertutup
c. Penjelasan tentang sensorimotor sistem
Lephart dan Fu menyatakan bahwa pemeliharaan dari
sistem sensori, motor dan central integrasi serta proses dari komponen komponen
tersebut juga merupakan pemeliharaan dari homeostasis sendi selama aktifitas
fungsional. Stimulasi neuromuscular dilakukan dengan cara melaksanakan tehnik
gerak pada rantai kinetik tertutup, base of support yang berubah-ubah,
memberikan vibrasi pada tali, menggunakan suara dan konsentrasi dari klien.
- Feedforward mechanism = FFM (mekanisme
feedforward)
Sistem saraf pusat selalu secara berkesinambungan
menginterpretasikan status atau kondisi tubuh secara menyeluruh tentang
stabilitas dan besar kecilnya gerakan gerakan segment tubuh. Mekanisme
Feedforward merupakan mekanisme penting dalam gerakan tubuh. Otot bagian dalam
atau otot lokal ( transverses abdominus, multifidus, longus colli, longus
capitis, dan vastus medialis) memiliki hubungan dengan mekanisme feedforward.
- Hal terpenting dari alignment dan ground reaction
force
Definisi dari ground reaction force adalah : kekuatan
atau tekanan yang sebanding dengan ukuran dan berlawanan arah dengan tekanan
yang di berikan tubuh diatas permukaan bidang tumpu melalui kaki.
Hukum Newton yang ke tiga tentang gerakan (hukum reaksi)
setiap ada aksi maka akan ada rekasi dengan kekuatan yang sama namun dengan arah
yang berlawanan. Interaksi yang konstan terjadi antara tubuh dan gravitasi,
dengan gravitasi selalu bekerja menarik atau mendorong objek menuju ke arah
bawah/lantai. Reaksi tekanan yang datang dari lantai, disebut dengan ground
reaction force atau GRF,yang pada dasarnya sebanding dan merupakan reaksi yang
berlawanan dengan tekanan yang diberikan tubuh di atas lantai. Kita tahu bahwa
Force=massa x kecepatan, sehingga GRF = massa seseorang di kali kecepatan .
maka kecepatan tubuh = GRF/massa. Dengan kata lain GRF yang besar akan menghasilkan
kecepatan yang besar pula.
Tanpa alignment kaki yang benar, GRF akan menyebabkan
rantai kinetik memanjang penuh dan dapat memprovokasi nyeri pada sistem
muskuloskeletal, terlebih pada saat munculnya kelemahan. Tergantung pada
pemeriksaan panjangnya penyimpangan, sebuah dynamic insole dibuat khusus untuk individu agar dapat membantu
mengoreksi penyimpangan atau deviasi.
- Mengenal atau mengerti nyeri dengan pendekatan
terapi neurac
Hasil penelitian membuktikan bahwa
nyeri setelah operasi menghambat aktifitas otot (Moseley, 2005) dan pada eksperimental
yang menyebabkan atau menimbulkan nyeri menghambat aktifitas dan fungsi otot.
(Hodges, 2003; Lephart, 2000).
Prinsip dasar tentang neurac: intervensi terapi neurac
mencoba untuk menghindari atau menghambat nyeri. Neurac menghadirkan satu ciri
yang unik tentang terapi dengan redcord-nyeri selama terapi pasti tidak akan
terjadi.
- Stabilitas : perbedaan
sturktural dan fungsional serta persamaannya menurut Panjabi (Panjabi, 1992) untuk meningkatkan stabilitas
diperlukan tiga subsistem yang
bekerja secara sinergis:
·Central nervous subsystem (control)
·Muscle subsystem (active)
·Osteo-ligamentous subsystem
(passive)
Panjabi menjelaskan bahwa neural subsystem :
menerima informasi dari penampang otot, memutuskan
kebutuhan khusus untuk stabilitas spinal, menyebabkan aktifitas otot untuk
memenuhi tujuan stabilitas penting, ketika stabilitas oleh karena salah satu
sistem menurun, maka sistem lain akan mengkompensasi. Kemudian proporsi beban
yang akan diambil alih oleh sistem otot (sistem aktif) meningkat untuk
meminimalisasi pembebanan pada sistem pasif melalui pembagian beban. Pada
dasarnya disebut kemampuan tubuh untuk mengontrol seluruh lingkup gerak sendi.
- Atropi otot
Atropi otot sama dengan terbuang atau kehilangan jaringan
otot karena penyakit atau tidak digunakan dan dapat disebabkan oleh satu atau
kombinasi dari enam faktor sebagai berikut:
·Gizi buruk
·Kehilangan hormon pendukung
·Kehilangan informasi saraf ke organ target
·Tidak digunakan berhenti beraktifitas
·Penyakit dari dalam jaringan itu sendiri
Pada tingkat selular, atropi termasuk proses fisiologi
berhentinya jaringan dan penyerapan kembali termasuk proses apoptosis atau
program kematian sel (Programmed cell
death). Carl Vogt 1842. Hal ini dapat menjadi bagian perkembangan tubuh
normal dan proses homeostatis atau dari penyakit.
- Teknik latihan
Tehnik untuk peningkatan latihan secara bertahap untuk
tubuh bagian atas Push-up, target dada, bahu dan lengan, tapi juga bermanfaat
untuk punggung dan perut.
Latihan untuk
punggung
Condong kedepan, target pada punggung dan abdominal
tetapi juga bermanfaat untuk daerah dada, bahu dan lengan dengan prosedur
sebagai berikut: Posisi berdiri untuk penguatan punggung atas:
posisi awal pasien berdiri tegak sambil memegang tali sling kemudian bergerak
turun sejauh 45 derajat dari posisi awal, gerakan ini diulang 4 sampai 5 x
masing masing gerakan dipertahankan selama 4 sampai 6 hitungan kemudian kembali
keposisi awal dan istirahat selama 30 detik, frekuensi latihan 2 sampai 3x
seminggu dengan waktu atau durasi latihan 10 sampai 20 menit atau 20 sampai 30
menit untuk olahragawan.
Tubuh bagian
bawah
Meningkatkan otot gluteal, target adalah punggung dan
pantat tetapi juga bermanfaat bagi peningkatan otot-otot abdominal dan tungkai
dengan prosedur latihan sebagai berikut :
Posisi tidur terlentang, untuk penguatan otot punggung
dan gluteal: Posisi awal pasien terlentang dengan sling diletakkan di bawah
lutut kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan pertahankan posisi selama
4-6 hitungan kemudian istirahat selama 30 detik dan ulang kembali sebanyak 4-5x
pengulangan untuk satu set pertama , set kedua posisi sling di letakkan di
bawah pergelangan kaki kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan
mempertahankan posisi 4-6 hitungan, istirahat 30 detik dan diulang 4-5x
gerakan. Latihan dilakukan selama 10-20 menit.
otot perut
Meningkatkan otot abdominal dengan target punggung dan
otot abdominal tetapi juga bermanfaat untuk daerah hip dan paha, dengan
prosedur latihan sebagai berikut :
Posisi tidur tengkurap untuk penguatan otot abdominal:
Posisi awal posisi tengkurap dengan kedua lutut menggantung
pada sling, lengan bawah menyangga pada matras, flexi 90 derajat, kemudian
tubuh dan panggul diangkat lurus setinggi bahu pertahankan 4-6 hitungan
turunkan dan istirahat 30 detik ulangi 4x dalam 1 set latihan, gerakan ini dapat
dilakukan 4-5 set latihan, kemudian pindahkan sling dibawah pergelangan kaki
dengan posisi awal sama kemudian angkat panggul dan tubuh setinggi punggung
lalu dipertahankan 4-6 hitungan, turunkan dan istirahat 30 detik, ulangi
kembali gerakkan sebanyak 4-5 dalam 1 set latihan, lakukan selama 10-20 menit
otot sisi
lateral
Meningkatkan sisi lateral dengan target otot sekitar
paha tetapi juga bermanfaat untuk
otot pantat dan perut/abdominal dengan prosedur
latihan sebagai berikut :
Posisi tidur miring untuk penguatan otot lateral:
Posisi awal tidur miring dengan sling diletakkan pada
lutut bagian lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi tersebut
selama 4-6 hitungan dengan istirahat 30 detik dan pegulangan gerak 4-5x setiap
set latihan, setelah itu untuk meningkatkan beban latihan sling digeser ke
pergelangan kaki lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi selamam
4-6 hitungan dengan istirahat 30 detik dan gerakan di ulang sebanyak 4-5x dalam
tiap set. Latihan dilakkukan selama 10-20 menit
Pilates
Pilates adalah metode rehabilitasi, yang bertujuan
untuk meningkatkan koordinasi dan stabilitas otot-otot dalam tubuh (Stacy dan
Risch, 1999). Tehnik Ini dikembangkan pada tahun 1920 oleh
Joseph H. Pilates, yang merupakan pelatih fisik dan pendiri dari The New York
Pilates Studio.
Pilates merupakan sistem latihan yang difokuskan untuk
membangun atau meningkatkan kekuatan tanpa upaya atau usaha yang berlebihan
atau dibesar-besarkan, meningkatkan fleksibilitas dan kelincahan, serta
membantu untuk mencegah cedera. Pilates bertujuan untuk mengobati nyeri
punggung bawah dengan melatih kembali otot yang mengalami disfungsi ditunjukkan
ada di hampir semua penderita nyeri punggung bawah (Richardson dan Jull, 1995).
Ada banyak bukti teoritis menunjukkan pentingnya otot-otot batang atau core muscle dalam stabilisasi tulang
belakang lumbal (Wilke, 1995; McGill 1991).
Khusus otot multifidus (Wilke, 1995.) dan otot
abdominis transversus (Richardson dan Jull 1995) yang telah terbukti menjadi
yang paling penting.
Multifidus adalah sebuah otot segmental kecil yang
mencakup beberapa sendi vertebra pada satu waktu dan meliputi seluruh panjang
kolom tulang belakang (Moore, 1985). Otot multifidus diperkirakan untuk
memberikan stabilitas tulang belakang dalam dua cara. Yang pertama adalah
dengan bertindak dengan sendirinya sebagai kekuatan stabilisasi untuk segmen
vertebra di zona netral (Wilke, 1995). Zona netral adalah lingkup gerak sendi
yang kecil. Punjab (1992) menunjukkan
bahwa multifidus juga menstabilkan tulang belakang bersama-sama dengan
abdominis transversus melalui co- kontraksi, karena fungsi dua otot 'berlawanan
(hubungan agonis dan antagonis).
Andersson dan Winters (1990) telah menunjukkan bahwa
co-kontraksi sesedikit 25% kontraksi sukarela maksimal (MVC) dapat menyebabkan
stabilisasi sendi meningkat. Selain bekerja dengan multifidus, abdominis
transversus menstabilkan tulang belakang dengan meningkatkan tekanan intra
abdomen (Cholewicki, 1999). Tampaknya abdominis transversus meningkatkan
tekanan intra abdomen oleh koneksinya ke fasia torakolumbalis (Bogduk dan
Twomey, 1991 ). Dengan otot otot perut berkontraksi dan menggambar, dan juga
menarik pada fasia torakolumbalis, baik depan dan dinding belakang perut
ditarik ke dalam.
Bukti kemampuan untuk melatih otot ini telah
ditunjukkan oleh berbagai penelitian (Carpenter dan Nelson, 1999 O'Sullivan,
1997; Bentsen, 1997; Liebenson, 1999). Semua penelitian menunjukkan bahwa ada
penurunan nyeri baik jangka pendek dan jangka panjang setelah pelatihan
stabilisasi tulang belakang. Liebenson (1999) menunjukkan hasil pelatihan yang
lebih baik ketika pasien dilatih di bawah pengawasan.
Richardson dan Jull (1995) juga menyarankan pentingnya
pengawasan. Mereka menyatakan bahwa otot-otot yang sulit untuk diaktifkan pada
pasien nyeri punggung dan menyarankan pelatihan yang memerlukan banyak
monitoring dan umpan balik. di Pilates nada suara, perasaan otot, dan deskripsi
tentang bagaimana untuk mencapai kontraksi digunakan untuk membantu pasien
mendapatkan kontraksi yang benar. Frekuensi pelatihan telah direkomendasikan
oleh Richardson dan Jull (1995) secara teratur sepanjang hari.
Enam prinsip yang mendasari Pilates
Terpusat, sadar bernapas, keselarasan, kontrol,
Konsentrasi dan koordinasi. Lebih lanjut tentang dasar-dasar filosofis Enam
Prinsip Pilates tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terpusat
Untuk mengaktifkan otot-otot memegang tonik
dalamposisi statis
Sadar inspirasi dengan benar (menarik napas)
memungkinkan diafragma untuk membantu menstabilkan thorax, menghambat
penggunaan obliques eksternal sebagai stabilisator dan membantu menjaga toraks
dalam posisi tinggi. Pilihan metode pernapasan - diafragma - melibatkan
meningkatkan ekspansi lateral tulang rusuk dan beberapa mengangkat perut bagian
atas, tanpa mengangkat bahu, atau mengepul berlebihan dari perut secara
keseluruhan.
3. Inti keselarasan
Rotasi posisi netral dipertahankan sekitar sendi
tubuh, dengan fokus (setidaknya dalam pilates klinis) pada setiap bagian tubuh
yang terganggu.
4. Kontrol
Klien harus diajarkan untuk membatasi gerakan ke
kisaran tengah, di mana tidak ada keberpihakan otot inti untuk dikompromikan.
Jika dinding sekitar thorax tidak difokuskan, semakin besar kemungkinan
kompensasi dari otot superfisial, kerusakan jaringan dan rasa sakit dari
cedera.
5. Konsentrasi
Keterampilan untuk mengontrol sikap tidak dapat
dicapai tanpa fokus otak disengaja dan informasi pada bagian tubuh. Koneksi
otak ke bagian yang cedera ini kemudian perlahan dibentuk kembali
6. Koordinasi
Hasil dari menggabungkan kelima keterampilan di atas,
kunci untuk koordinasi yang baik tidak mencoba terlalu keras, karena kita tidak
bisa memaksa diri kita untuk menjadi terkoordinasi. Sebaliknya perlahan-lahan
ulangi dan ulangi, istirahat menjadi komponen yang lebih kecil, pendekatan
gerakan dari berbagai sudut sebanyak mungkin, mengingat kita sedang melatih
otak kita dan kita tidak dapat terburu-buru.
Teknik latihan pilates
Latihan pilates ditujukan untuk menghasilkan gerak
natural, gerak yang benar dan gerak yang efisien.
Manusia terlihat berbeda, namun secara anatomi adalah
sama dalam susunan atau bentuk dan struktur otot, tulang dan ligament.
Hal-hal mendasar dilakukan dalam urutan, tidur
terlentang dengan lutut ditekuk dan panggul pada posisi netral.
Pada daerah tulang punggung terdapat tiga hal
mendasar: tulang punggung posisi netral, bernapas dan panggul melengkung.
Hal mendasar pada daerah punggung adalah mengajarkan
tentang postur yang ideal, merasakan seperti dan bagaimana menjaga bagian atas
dan bawah dari tulang punggung.
- Dasar
pertama: netral spine
Tidur terlentang telapak kaki
mendatar pada lantai dan lutut di tekuk. Angkat pantat dari lantai dan bagian
belakang leher menjauh dari lantai. Kurva yang terjadi diutamakan atau
ditekankan dari gerakan ini adalah kurva natural tubuh. Ini adalah posisi
netral. Meratakan kurva lordotic punggung dengan menekan pantat, tidak
dibenarkan hal ini tidak natural. Gerakan dilakukan 10x pengulangan
- Dasar kedua:
bernapas
Tehnik ini membuat pengunaan otot
abdominal seminimal mungkin (tanpa usaha yang besar):
Tarik napas dan rasakan rusuk bagian
belakang mengembang lebar di lantai. Pertahankan rusuk mengembang lebar,
hembuskan napas dan rasakan otot otot perut turun ke arah pusar. Angkat dan
kembali seperti posisi spine yang seharusnya. Usahakan perut pada posisi
mengempis (expirasi) dan tubuh (spine) dipanjangkan. Bayangkan mengenakan baju
renang yang sangat ketat yang meratakan perut. Gerakan dilakukan sebanyak 10x
- Dasar
ketiga: panggul melengkung
Panggul melengkung adalah segitiga antara tulang pubic
dan tulang panggul. Tidur terlentang dengan punggung sepenuhnya menyentuh
matras dan posisi spine netral, inspirasi dan tarik pelvis ke arah atau
mendekati punggung. Pantat akan naik lebih tinggi dari lantai, dengan spine
memanjang. Expirasi dan tekan spine ke matras selama itu pantat di lantai.
Pelvic bergerak flexi.
Jangan gunakan tungkai, leher dan hip, atau bagaian
anatomi tubuh lain selain perut selain menggunakan pelvis dalam posisi flexi
dan extensi dapat pula dilakukan dalam posisi rotasi.
Ayun pelvis dari depan ke belakang kemudian dari sisi
ke sisi. Perut mulai mengayun dan memutar pelvis di atas lantai. Untuk mengayun
ke sisi kiri, buat perut pada sisi kiri – oblique tepat dibawah pusar. Ini akan
menghasilkan gerakan kecil dari pelvis berayun ke kiri. Aktifkan otot obliq
bagian kanan di bawah pusar untuk mengembalikan pelvis pada posisi netral spine
dan berayun ke kanan. Jangan gunakan tungkai atau panggul. Buat lingkaran
dengan pelvis di atas lantai dengan hanya menggunakan perut. Lakukan kembali
urutan dari tiap bagian : akhir, sisi, belakang, sisi. Pertama searah jarum jam
kemudian berlawanan arah jarum jam sebanyak 10x dan gunakan hanya perut.
- Teknik Latihan
Jembatan
untuk mengisolasi dan memperkuat (pantat) otot gluteus
dan paha belakang (belakang kaki bagian atas). Jika melakukan latihan ini
dengan benar, akan memperkuat otot-otot perut serta otot punggung bawah.
- tidur
terlentang dengan tangan Anda di sisi, lutut ditekuk dan telapak kaki
datar di lantai.
b. Pastikan kaki berada di bawah
lutut.
c. Kencangkan otot perut dan pantat.
d. Angkat pinggul Anda sampai
membuat garis lurus dari lutut ke bahu.
e. Tekan otot inti dan mencoba untuk
menarik pusar kembali ke tulang belakang.
f. Jika pinggul melorot atau drop,
turunkan diri kembali di lantai.
g. Tujuannya adalah untuk menjaga
garis lurus dari bahu sampai lutut dan tahan selama 20 sampai 30 detik. Untuk
memulai dengan mempertahankan posisi jembatan beberapa detik saat meningkatkan
kekuatan. Hal ini lebih baik untuk mempertahankan posisi yang benar untuk waktu
yang lebih pendek daripada kembali lagi dalam posisi yang salah.
h. Ulangi gerakan sebanyak 5x
5.Latihan Superman untuk Kekuatan Inti
a. Berbaring telungkup di atas tikar
dengan lengan terentang di atas kepala Anda (seperti superman)
b. Angkat lengan kanan dan kaki kiri
sekitar 5-6 inci dari tanah (atau sejauh yang Anda bisa dengan nyaman).
c. Tahan selama 3 detik dan rileks.
d. Ulangi dengan lengan dan kaki
yang berlawanan masing –masing sebanyak 5x gerakan.
Stabilizer
Pressure Biofeedback
Sebuah perangkat sederhana yang
digunakan untuk memberikan umpan balik untuk memastikan kualitas, dan ketepatan
dalam kinerja latihan dan pengujian. Memonitor posisi punggung bawah belakang
dan memberikan umpan balik ketika otot-otot perut tidak aktif atau secara
efektif melindungi tulang belakang. Stabilizer pressure, dirancang oleh terapis
fisik, adalah perangkat sederhana yang mengukur perubahan tekanan dalam ruang
tekanan udara penuh. Hal ini memungkinkan gerakan tubuh, gerakan terutama
tulang belakang, untuk dideteksi selama latihan. Unit ini terdiri dari alat
pengukur tekanan bola gabungan dan terhubung ke ruang tekanan. Stabiliser ini
terutama digunakan untuk latihan yang berfokus pada perlindungan dan
stabilisasi sendi. Penelitian telah menunjukkan jenis olahraga sangat penting
untuk pencegahan dan pengobatan pinggang dan sakit leher (berbagai patologi).
Teknik-teknik latihan melibatkan gerakan tubuh lamban dan terkontrol.
Stabilliser ini digunakan untuk memantau dan memberikan umpan balik pada
gerakan tubuh selama latihan. Hal ini mendorong latihan yang efektif
untukmengurangi peningkatkan nyeri punggung dan leher. Sistem otot jauh di
dalam tulang belakang lumbal dan daerah panggul secara langsung bertanggung
jawab untuk menstabilkan segmen tulang belakang dan sendi sakro-illiac. Lebih
besar, otot lebih dangkal yang kurang aktif dalam nyeri punggung bawah dan
otot-otot lebih dangkal sering terlalu aktif. Dalam rangka untuk melatih
otot-otot yang mendalam, latihan spesifik dan pengujian terlalu aktif dengan
kebutuhan penstabil
Rentang pengukuran adalah dari 0 sampai tekanan analog
100mmHg dengan akurasi tekanan +3mmHg atau -3mmHg Remas bola untuk mengembang,
dan melonggarkan untuk mengempis. Pada penelietian ini stabilizer pressure
diletakkan pada daerah lumbopelvic dengan posisi subjek penelitian duduk
bersandar pada dinding dan tekanan stabilizer dibuat pada 60mmHg dan subjek
penelitian diminta untuk menegakkan punggung sambil melakukan expirasi maximal
selama 10 detik dan dilihat nilai akhir dari stabiliser. Nilai yang ditunjukkan
terjadi penurunan tekanan sebesar 2 – 4 mmHg, hal ini dikarenakan ketika subjek
penelitian mengextensikan punggung yang disertai dengan expirasi maximal
terjadi peningkatan kurva lordotic pada lumbopelvic.
Metode
Penelitian
Penelitian dilakukan pada pasien dengan kondisi
stabilitas pada daerah lumbo Pelvic yang belum dan tidak menunjukkan keluhan
(stabil), di studio Virtuvian Pilates Jl. Sekolah Duta Raya 27 Pondok Indah,
Jakarta Selatan.` Pengambilan data dilakukan pada bulan januari 2012 sampai
bulan Februari 2012. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu ( quasi
experimental) untuk mempelajari perbedaan efek latihan metode neurac dengan
latihan pilates terhadap kondisi stabilitas lumbo-pelvic di studio virtuvian
pilates. Adapun desain penelitian dilakukan menurut rancangan randomized
control group pretest-posttest design.
Dalam rancangan penelitian ini dilakukan untuk melihat
efek atau pengaruh pemberian latihan dengan metode neurac dan latihan pilates
terhadap kelompok perlakuan I (kontrol) dengan kelompok perlakuan II. Pada
penelitian ini subjek penelitian berjumlah 20 orang yang terbagi dalam 2
kelompok dan diambil secara acak. Kelompok pertama berjumlah 10 orang yang
diberikan intervensi metode neurac, sedangakan kelompok ke dua berjumlah 10
orang yang diberikan intervensi latihan pilates.
Kriteria
pengambilan sampel
Kriteria pengambilan sampel yang berindikasi positif
stabil pada lumbopelvic adalah sebagai
berikut :
a. Kriteria Inklusi (kriteria penerimaan)
1). Subjek positif stabil yang telah
dipilih berdasarkan prosedur assesmen.
2). Mau dan bersedia ikut dari awal
sampai akhir penelitian
b. Kriteria Ekslusi (kriteria penolakan)
1). Adanya osteoporosis
2). Adanya tanda inflamasi akut
3). Adanya fraktur vertebra lumbal
4). Adanya TBC tulang
5). Adanya ankylosing spondilitis
c. Kriteria pengguguran
1). Sampel tidak melanjutkan terapi
sesuai batas waktu penelitian
Dengan alasan tertentu
2). Subjek selama sesi terapi minum
obat analgetik
3). Subjek tidak mengikuti terapi
selama 4 kali berturut-turut.
Hasil
Penelitian
Deskripsi data sampel dengan Mann-Whitney U test
untuk mengukur compatibilitas sebelum dilakukan penelitian
menunjukkan nilai p = 0.247 (sampel kelompok neurac dan kelompok pilates
memiliki kondisi stabilitas yang sama). Selain data statistik tersebut di atas
dibuat juga data lain, seperti usia dan jenis kelamin, pada
penelitian ini jumlah subjek penelitian yang berusia
19-23 tahun pada kelompok neurac 40% dan pada kelompok pilates 60% serta yang
berusia 24-28 tahun pada kelompok neurac 60% dan pada kelompokpilates 40%,
sedangkan jumlah subjek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki pada
kelompok neurac adalah 40% dan kelompok pilates 0% adapaun untuk jenis kelamin
perempuan 60% untuk kelompok neurac dan 100% untuk kelompok pilates.
Berdasarkan uji normalitas dengan Shapiro Wilk Test didapat
data pada penelitian ini berdistribusi tidak normal (p<0.005)
Tabel 1 uji
normalitas distribusi data
Kelompok data Shapiro
wilk test keterangan
Statistik P
Sebelum neurac 0,731
0,002 tidak normal
Sesudah neurac 0,730
0,002 tidak normal
Sebelum pilates 0,833
0,001 tidak normal
Sesudah pilates 0,820
0,001 tidak normal
dan pada uji homogenitas dengan Levene’s Test didapat
nilai p=0,855 (homogen).
Tabel 2 uji
Homogenitas
Data P
Keterangan
Lavene’s Test
Latihan neurac-pilates 0,855 Homogen
Uji Hipotesis I
Untuk mengetahui perbedaan nilai
biofeedback sebelum dan setelah latihan neurac maka dilakukan uji Wilcoxon Signed Ranks Test yang
terlihat pada tabel 3
Tabel 3 Nilai biofeedback sebelum dan sesudah latihan
metode neurac
Data Mean SD P Keterangan
Sebelum 57,5 0,71 0,004 signifikan
Tabel 3 menunjukkan penurunan nilai biofeedback
sebelum dan sesudah latihan metode neurac yang menunjukkan bahwa latihan
menghasilkan peningkatan stabilitas lumbopelvic yang bermakna (p < 0,05).
Uji Hipotesis II
Untuk mengetahui perbedaan nilai biofeedback sebelum
dan setelah latihan pilates maka
dilakukan uji Wilcoxon Signed Ranks Test yang terlihat
pada tabel 4
Tabel 4
Nilai
biofeedback sebelum dan sesudah latihan pilates
Data Mean
SD P Keterangan
Sebelum 57,9 0,74 0,008 Signifikan
Sesudah 57,2 0,79
Tabel 4 menunjukkan penurunan nilai biofeedback
sebelum dan sesudah latihan pilates yang menunjukkan bahwa latihan menghasilkan
peningkatan stabilitas lumbopelvic yang bermakna (p< 0,05).
.
Tabel 5 Selisih
Nilai
Biofeedback pada kelompok latihan dengan metode neurac dan
pilates
Data Mean
SD P keterangan
Selisih neurac 2,8
0,79 0,000 Signifikan
Selisih pilates 0,8
0,63
Uji Hipotesis III
Berdasarkan hasil uji beda pada hipotesis I dan
Hipotesis II nilai tekanan biofeedback (peningkatan stabilitas lumbopelvic)
sebelum dan setelah latihan neurac dan pilates selama 4 minggu sebanyak 8x
latihan menunjukkan bahwa peningkatan stabilitas pada kelompok neurac lebih besar
dari kelompok pilates (p<0,05).
Kesimpulan
Berdasarkan analisa penelitian yang telah dilakukan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa latihan dengan metode neurac dengan
pengaturan posisi latihan yang berubah sesuai dengan peningkatan kemampuan
subjek penelitian pada alat sling yang menggunakan rangsang stimulasi suara
(instruksi atau aba-aba) dan penerapan prinsip close kinetic chain dalam setiap
gerakan latihan dan pengaturan posisi alignment yang terkontrol
sebanyak 4 - 6 x pengulangan gerak dalam 4 set latihan selama kurang lebih 20
sampai 30 menit selama 4 minggu 8x pertemuan akan memberikan peningkatan
stabilitas lumbopelvic yang lebih efektif dibandingkan dengan latihan pilates
(p < 0,005).
Daftar Pustaka
Chattanoga Group A division of encore medical L.P.,
Stabilizer pressure biofeedback: operating instruction, @2005 Austin,Texas, USA
Joan Breibart, John Wiley & Sons, Standing
Pilates, Strengthen and Tone Your Body: Whrever You Are, Inc copyright @2005
Hoboken, New Jersey, Canada
Justin Bobby, Clinical Lumbar Stabilization: Capston
Project II PHT 6487, January 18, 2005, 7-9 Australia
Neurac 1, Teori copyright 2008 Redcord, Inc. AS
Neurac 2, Stimula copyright 2008 Redcord, Inc. AS
W. Ben Kibler, Joel Press, and Aaron Sciascia, Sport
Medicine : The Role Of Core Stability in Atheletic Function, 2006:
36(3):189-198 Rehabilitation Institute of Chicago, Illinois, USA
E. Prentice, PhD., P.T ., A.T.C, Rehabilitation
Techniques for sport Medicine and Athletic Training , @2004 : 200-206 North
California
Wolters kluwer Health, Anatomy functional:
musculoskeletal anatomy, kinesiologi and palpation for manual therapist,
Lippincot Williams & Wilkins copyright@2010: 248-275, 351 West Camden
Street Baltimore, MD21201
ErrisBeard, The Mechanics of Low Back Pain and
Corrective Solution, National Academy of Sport Medicine 2008. Available at
http/www.nasm.org,eric.beard@nasm.org
TerapiMaster Nordisk, A practical Guide for
therapists: Sling Exercise Therapy, Terapi AS, Arendal, Norway, available at
http/www.terapimaster.com
Availableat http/www. Redcord.com, No-4920 Staubo,
Norway
Available at http/www.spineuniverse.com
Barr KP, Griggs M, Cadby T, Lumbar Stabilization, Core
concept and current literature, part 1: American Journal of Physical Medicine
& Rehabilitation Copyright 2005: 473-480 by Lippincott Williams &
Wilkins
Beach TAC et al. Muscular contribution to low-back
loading and stiffness during tandard and suspended push-ups. Human Movement
Science 27 (2008) 457-472
Gitle Kirkesola, Neurac – a new treatment: methode for
long term musculoskeletal pain, Published in the journal
fysioterapeuten 2009:76(12):16-25.
Translated by Redcord
AS 12th May 2010
Gwendolen Jull et al. Toward a measurement of Active
Muscle Control for Lumbar Stabilisation, Australian Physioterapy Original
Article Vol 39, No.3, 1993:187-193
Hibbs AE et al. Optimizing performance by improving
core stability and core strength. Sports Med 2008;38 (12)
Jacobs JV et al. People with chronic low back pain
exhibit decreased variability in the timing of their anticipatory postural
adjustments. Behavioral Neuroscience 2009, Vol.123, No.2, 455-458
Jonathan D. Mills, Jacl E. Taunton, William A. Mills,
The Effect of a 10 Week Training
Regimen on Lumbo-Pelvic Stability and Athletic
Performance in Female : A Randomized-Controllled Trial, Faculty of Medicine,
Dalhousie University, Room
C-132, CRC Building, 5849 University Avenue, Halifax,
NS, Canada B3H4H7,
Volume 6, Issue 2, May 2005, Pages 60-66
Journal of Strength and Conditioning Research, 2007,
21(3), 979-985 © 2007 National
Strength & Conditioning Association
Katarina Von Garnier, Kristin Koveker, Barid Rackwitz,
Ulrike Kober, sabine Wilke, Thomas
Ewert, Gerold Stucki, Reliability of a Test Measuring
Transversus Abdominis Muscle Recruitment with aPressure Biofeedback Unit,
Department of Physical medicine and Rehabilitation, Ludwig Maximilian
University, Munich, Germany, Volune 95, Issue 1, March 2009, Pages 8-14
Lisa Marie Bernardo, Ph.D., M.P.H., R.N., H.F.I, The
effectiveness of pilates Training in Healthy
Adults: An Appraisal of The Research Literature,
Volume 11, Issue 2, April 2007, Pages
106-110
Monica Unsgaard-Tondel et al. Motor Control Exercise,
Sling Exercise and General Exercise for Patients with Chronic Low Back Pain,
Journal of The America Physical Therapy Association 2010; 90: 1426-1440
Saliba SA et al. Differences in transverse abdominis
activation with stable and unstable bridging exercises in individuals with low
back pain. North American Journal of Sports Physical Therapy 2010;5(2):63-73
Seiler S and Sæterbakken A. A Unique Core Stability
Training Program Improves Throwing Velocity in Female High School Athletes.
Medicine and Science in and Exercise 40(5, supplement), s25, 2008
Silfies SP et al. Differences in feedforward trunk
muscle activity in subgroups of patients with mechanical low back pain. Arch
Phys Med Rehabil Vol 90, July 2009